Pulang tadi yang satu matanya merah, yang satu meringkuk di tempat yang tidak biasanya.
Something wrong. Datengin yang satu. "Bu, lagi berantem." Kata yang satu. Gak usah dibilang juga berasa auranya. "Kenapa?" "Iya itu abcdefghij...." *gak gitu deh aslinya, tapi penjelasan panjang detail rinci persis ibunya kalo ngomel!* "Oh, gitu...." Datengin yang satu lagi. "Hei, bobo sama ibu yuk...." Ngikutin. Diem aja. Sambil meluk. Gak ngomong. Gak ngapa-ngapain. "Berantem, ya?" Ngangguk sambil ngumpet. "Kenapa?" Diem aja ngga mau ngomong. "Katanya abcdefghij...." *ini mengulang laporan yang tadi* "Bener?" Dia pun mengangguk. "Itu kan sakit. Kok ngga minta maaf?" Lanjut saya lagi. "Udah. Tapi gak dimaafin!" Katanya mulai terisak. Dan sayapun manggil yang satu lagi. "Kok minta maaf gak dimaafin?" "Mana ada orang minta maaf sambil buang muka? Gak serius itu minta maafnya" Dan sayapun tersenyum dalam hati. Ini masalah prinsip ternyata, gaya bahasa, body language, bukan hanya sekedar kata maaf. Diulang deh minta maafnya. Baikan deh. Dan sekarang, mereka bobonya udah pelukan lagi. Mengapa hanya anak-anak yang bisa seperti itu. ya? Mudah memaafkan, mudah melepas sakit. Sedangkan orang dewasa, sampai besok lusa masih saja menggenggam erat perih?
0 Comments
Naked 3 boleh jadi most wanted item yang paling banyak dicari makeup addicts. Kenapa sih si naked ini sampai ada 3 sequel?
UD Naked = natural makeup, wearing makeup with a no makeup look (ini ngga make sense banget deh, the best no makeup look is not wearing them! hehehe) Being naked. Hari ini saya sukses dibuat mikir tentang topeng-topeng yang saya gunakan. Tentang berusaha menjadi seseorang yang diharapkan orang lain. Saya yang tangguh. Saya yang ceria. Saya yang pintar. Saya yang (semua yang baik yang orang pikirkan tentang saya). Hanya saja, saya masih seringkali bertanya, itukah saya? Apakah saya mengenali siapa yang saya lihat di cermin? Hanya di depan beberapa orang saja, saya bisa memperlihatkan bagaimana saya yang sebenarnya. My first ring of friends. Mengizinkan mereka melihat bagian dari saya yang sama sekali gak inspiring. :) Well, I have those sides, the darker version of me. (dan sebagian dari kalian akan berkata, i know who you are, hahahaha.... seringnya memang seperti itu, apa yang saya lakukan itulah saya, gak suka basa-basi) Sebetulnya, saya tidak terlalu perduli dengan apa yang orang katakan. Capek dengerin apa kata orang. Dan gak perlu juga kan menjelaskan setiap hal ke semua orang, apalagi kalau orang itu gak berarti apapun buat kita? Buat apa? Tapi ternyata, tidak semua topeng itu bisa dilepas. Tidak semua orang bisa, mau, mengerti, melewatkan hari, dengan sisi buruk seseorang. Kebaikan, itu mudah diterima. Sebaliknya, berbahagialah kamu yang memiliki seseorang yang mau menerima kamu apa adanya. Being naked (bukan gak pakai baju ya), tapi menjadi dirimu sendiri. Buat kamu yang belum memiliki pasangan, saya punya tips nih. Mencari orang yang sempurna sesuai keinginan kita itu susah, boleh jadi ngga pernah ada. Jadi, carilah yang bisa menerima semua kekuranganmu, dengan alasan di atas, kebaikan akan selalu lebih mudah diterima. Kekurangan? Itu perlu pengorbanan untuk mau menerimanya. Cari orang yang paling bisa kamu terima kekurangannya, cari seseorang yang paling bisa memahami kekuranganmu. Sisanya, kompromi, adjustment, sejauhmana segala kekurangan itu dapat diterima, come on, kita juga perlu memperbaiki diri, kan? Tidak semua kata dapat mewakili rasa. Tidak semua diam berarti tanpa kata-kata. And I'm gonna missing that moment. Waktu ketika saya merasa bisa menjadi saya, tanpa khawatir disalahartikan, dihakimi. :) Being naked, in my own version of naked. Jadi begitulah. Selanjutnya, sepertinya saya tetap harus mengenakan topeng. Menjaga jumlah dari my first ring of friends, yang jumlahnya ngga banyak itu. Jangan sampai berkurang lagi. :) Anggap saja saya itu lampu. Kalau terang, banyak laron yang mendekat. Kalau gelap, yang ada suram dan tak bermanfaat. Semoga catatan ini bisa jadi pengingat, bahwa hidup saya, bukanlah milik saya. Tapi sebanyak mungkin bisa bermanfaat buat orang lain. Perbedaan manusia dengan mahluk lain ciptaan-Nya adalah manusia diberikan akal dan kehendak. Ini bisa meninggikan derajat manusia, tapi juga bisa menjauhkan manusia dari-Nya. Tergantung, mau dibawa kemana.
Sedari kecil saya belajar, atau dipaksa, untuk berkompromi dengan keinginan-keinginan saya. Saya harus berjuang, berusaha, untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Semuanya, harus diperjuangkan, bisa didapatkan, tergantung pada usaha saya sendiri (dan tentu saja, kehendak-Nya. Sekeras apapun saya berusaha, tanpa kehendak-Nya, tidaklah akan terlaksana). Baris terakhir kalimat saya itu, yang dalam kurung, sepertinya terlambat bagi saya untuk menyadarinya. Lebih dari sekali, saya terlalu berusaha, memaksakan diri, dalam upaya untuk mewujudkan keinginan-keinginan saya. Padahal, tidak semua keinginan itu benar, masuk akal, dapat diterima, dan lain sebagainya. Ketika kemudian saya gagal, sulit bagi saya untuk memaafkan diri, ketika saya merasa sudah benar-benar berusaha. Kemudian saya belajar untuk sedikit lebih santai. Seseorang mengatakan kepada saya, janganlah terbang terlalu tinggi, ketika jatuh, itu akan sakit sekali. Tapi, atas dasar kepercayaan bahwa berusaha itu perlu, ketika gagal dalam keadaan saya tidak bersungguh-sungguh, meski memiliki alasan saya yang tidak cukup berusaha, meninggalkan pertanyaan lainnya, apakah saya sudah cukup berusaha? Banyak pertanyaan yang tidak bisa saya jawab. Banyak keinginan yang tidak cukup dituliskan, dikatakan, namun tidak bisa diwujudkan. Tersimpan, dalam peti catatan keinginan, yang mungkin di lain hari akan saya buka kembali. Setiap kali saya ingin menyerah (yang mana ini seringkali terjadi sebenarnya), saya selalu bertanya, sudahkah saya berusaha dengan cukup baik? Sudahkah saya memberikan yang terbaik? Padahal, yang bisa saya lakukan hanyalah berusaha. Baik, terbaik, itu bukan saya yang menilainya. Jadi ya seperti kemarin. Saya dihadapkan pada sebuah keinginan. Hanya saya, saya tak punya cukup alasan untuk menjawab sebuah pertanyaan: haruskah saya memperjuangkannya? |
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|