Okay... karena sepertinya banyak yang ngga rela jika ada yang bilang saya cantik sekali #ketawa ngakak#, mari kita jelaskan kronologisnya, mengapa sampai anakku berpikir ibunya adalah wanita tercantik sedunia.
Sebetulnya, kalau boleh jujur, ibunya ini 'sedikit banyak' berkontribusi dalam munculnya statement itu. Dahulu kala, ketika rumah masih jauh banget dari kantor, kalau anak-anak cengeng kepala rasanya pusing sekali. Agar ngga cepet marah, dibujuklah anak-anak itu... "Kalau misalnya ibu baru pulang kantor, kakak atau adik mau minta sesuatu, jangan sambil nangis. Nanti ibu malah marah... Bilang gini aja -Ibuku yang cantik, anakmu yang ganteng ini mau minta sesuatu dong-" Nah, ini jadi semacam 'kalimat sakti' untuk minta sesuatu pada ibu. =) Tapi, sekarang sebenarnya sudah ngga lagi pakai kalimat sakti ini. Karena mereka toh sudah belajar, bahwa nangis tidak memberikan suatu solusi terhadap permasalahannya. Lebih baik disampaikan, apa yang mengganggu hatinya. Terus terang saya juga bingung, bisa-bisanya mereka bilang ibunya cantik sekali. Hahaha... Silahkan protes. Bagaimanapun, terukur di antara para perempuan cantik (walaupun hanya memiliki skor 1 dari 100), jauh lebih baik daripada terukur di antara orang-orang jelek (juga dengan skor 1 dari 100). Saya bukan orang yang suka berhias, bukan pencinta perhiasan, dan juga bukan seseorang yang mengikuti fashion. Mungkin, karena di rumah cuma ada saya dan mbaknya, makanya jadi dibilang cantik. Untuk membuktikan ini, tinggal menunggu beberapa tahun lagi sepertinya. Masihkah saya akan dianggap cantik, ketika ada 'bidadari' lain yang mungkin mengganggu konsentrasinya? =P Tapi, dari pembicaraan mereka berdua, (entahlah temans, mencuri dengar apa yang mereka bicarakan itu sudah menjadi favorit saya sejak dulu, karena seringkali menjadi hiburan, atau malah terkagum-kagum mendengarkan celotehan anak-anakku itu), kira-kira saya merumuskan inilah definisi cantik menurut mereka: 1. Berkerudung. Alif merumuskan perempuan cantik itu berkerdung. =) Entah kenapa, tetapi pertama kalinya dia melihat saya mengenakan kerudung, dia melarang saya membukanya selama satu hari penuh. Dipeluknya saya, seraya mengatakan, "Alif suka lihat ibu begitu..." Hmm... Itu sudah 3 tahun yang lalu ya? 2. Tidak berjerawat. Sentimen anak-anak nih. Dulu kalau liat ada yang jerawatan, dicium pun enggan. Menurut mereka, wajah bersih itu cantik. 3. Bisa bermain kartu. =D Ajarkanlah pada mereka permainan kartu yang belum pernah mereka mainkan. Segera saja, Anda akan menjadi 'luar biasa cantik'. Itulah tanda terimakasih mereka terhadap 'ilmu' yang baru diajarkan. =))) 4. Bisa menghitung perkalian dengan cepat. Alih-alih berkata 'pintar', mereka tetap berpendapat cantik sekali. Smart is beautiful? Entahlah... Mungkin cuma kagum saja. 5. Ketiak tidak boleh hitam! Silahkan tertawa. Karena saya pun geli mendengarnya. Ini hasil dari menonton putri Indonesia kemarin. Mereka protes, bagaimana bisa itu perempuan-perempuan kok ketiaknya dipamerin semua. Alif bilang, "Aduh... Bahaya banget, itu ketiaknya hitam. Kok dia ngga malu ya?" Dan saya tersenyum geli dalam hati, apakah nanti jika bertemu calon menantuku saya harus mengingatkan ini? Xixixixi... 6. Rajin tersenyum. Tentunya mereka tidak pernah mengatakan ibu cantik setelah ibunya habis marah kan? Kalau saya pulang kantor, atau pulang kuliah, sedang istirahat, lalu tiba-tiba mereka menyerbu untuk rebutan mencium atau memeluk, jika saya tanyakan, ada apa kok ini rebutan cium-cium ibu, jawabannya pasti, "Karena ibu itu cantik...". Menyisakan si ayah yang cemburu dan bertanya, "Kenapa ngga pernah rebutan cium ayah?" yang juga dijawab, "Karena ayah itu tidak cantik..." =D =D =D Jadi temans, jika tadinya 'over estimated' terhadap definisi cantik menurut anakku, itulah definisi cantik menurut mereka, sejauh ini, yang bisa saya telusuri. Kalau ada yang baru, nanti dikabari lagi... ;-) #untuk semua ibu, yang tercantik di dunia, di mata anak-anaknya#
0 Comments
Hari ini saya dibuat merenung.. Tentang kehidupan, utamanya, bagaimana saya menjalankan hidup.. (Emang pernah ngga merenung ya, Fa? Hehehe...)
Diawali dengan bangun kesiangan, setelah begadang gara-gara ngerjain tugas untuk hari ini. Salahkah tugasnya? Engga sih.. Saya seringkali bekerja lebih baik pada saat 'kepepet'. Kalau merasa punya banyak waktu, seringnya menunda-nunda. *salah sendiri dong Fa...* Lucunya, anak-anak malah udah bangun. Ikut ayahnya nih anak-anak.. Kalau harinya kerja/sekolah, perlu usaha ekstra banguninnya. Kalau hari libur, semangat sekali bangun pagi, tanpa perlu dibujuk-bujuk lagi.. :-D Jujur saja. Ingin rasanya hari ini bolos. Badan masih bener-bener ngga bisa diajak kompromi. Tapi mikir lagi, perlu sama materi hari ini. *baru merasakan efek banyak main waktu di stis, jadi sekarang berasa baru tau ini dan itu* Salahkah saya yang dulu ga serius kuliah? Hehehe.. Kesimpulan saya saat ini, mungkin kalau dulu saya serius belajar, saya tidak akan merasa sebodoh ini. Karena saya merasa banyak ngga taunya daripada taunya, semangat belajar saya terjaga. #mencari pembenaran, judulnya# Jadi. Saya tetap berangkat. Dengan tidak mengeluh. Menghargai kesempatan yang diberikan kepada saya. Menghargai tukang ojek yang sudah berusaha menepati janjinya untuk menjemput saya. Menghargai rekan sekelompok yang mungkin mengharapkan kehadiran saya. Dan tentu saja, saya berangkat karena saya ingin belajar. :-) Hari menjelang siang. Beberapa teman bertanya, Sabtu kok kuliah Fa? Itu adalah konsekuensi dari pilihan saya yang lain. Tadinya, saya pikir, dengan sekolah lagi, saya akan punya lebih banyak waktu di rumah untuk anak-anak, dibandingkan ketika saya bekerja. Sekali lagi, apa yang saya pikirkan ini kurang tepat ternyata. Tahun pertama akan menjadi tahun yang lumayan berat, menyita waktu. Tahun berikutnya? Tinggal masalah konsistensi.. Masalahnya, tidak akan ada tahun berikutnya jika saya gagal di tahun pertama. Fakta yang kembali bikin cengar-cengir sambil berkata pada diri sendiri, "Rasain, lu.. Coba dari dulu belajar yang bener.. Kan ngga perlu ngulang materi ini." Hehehe.. Sangat jauh berada di luar 'my comfort zone'.. Di tengah curhat sama temen di ITS sana, dia ngingetin, "Pan elu yang milih.." Untung dia ngga nambahin, udah gw bilangin tungguin dia aja, nanti sama-sama ambil Computer Sciences di manaaa gitu.. :-) Sudahkah hari ini berakhir? Ooo.. Hidup itu tak pernah 'indah dengan sempurna' sepertinya.. Saat terindah pun, menyaksikan mahluk tuhan yang sempurna bernama Alif dan Attar lahir ke dunia, sambil nahan sakitnya jahitan kan? Hehehe.. Di tengah kegalauan mikirin apakah saya bisa berhasil dengan baik kali ini.. Diingatkan tentang saya sebelumnya.. Deng dong.. (Emang pernah berubah, Fa? Ksatria baja hitam kali, pake berubah segala). Saya sih tidak merasa berubah. Masih tetap alfa yang ngeyelan, ngga bisa diem, berfikir bahwa tidak ada yang tidak mungkin, berusaha memperbaiki keadaan walau seringnya malah bikin ribet.. Hahaha.. Tapi kalau jawabannya, berusaha menjadi lebih baik, iya.. Evaluasi rutin terhadap diri sendiri membuat kita semakin mengenal, siapakah kita? Tentunya, ada kelemahan-kelemahan yang ingin diperbaiki. Walau seringnya itu berawal dengan niat dan berakhir dengan niat, alias belum juga dilakukan.. :-D Kenyataannya, kita tidak bisa mengatur apa pendapat orang tentang kita. Saya masih memiliki keputusan yang sama dengan saya yang dulu, memutuskan untuk tidak terlalu perduli dengan persepsi orang terhadap saya. Bedanya, kalau dulu saya mikirnya segala resiko saya tanggung sendiri (What a selfish me.. Shame on me!). Sekarang saya mikir-mikir dulu, keluarga saya, kantor sebagai rumah kedua, kira-kira kena dampak ngga ya dari 'tingkah' saya ini.. (Untung ada mikirnya, Fa..) Jadi, salahkah orang-orang yang bertahan pada penilaiannya bahwa saya adalah saya yang dulu (lengkap dengan segala bumbu gosipnya)? Hehe.. Ngga tuh. Kan di atas sudah saya jelaskan, saya ngga bisa ngatur apa pendapat orang tentang saya. :-) biarkan saja.. Suatu saat, mungkin, kalau dia berinteraksi nyata dengan saya, bisa melihat.. Ooo, si alfa ternyata kaya gini yaa.. Bisa jadi lebih baik dari penilaiannya, atau malah jadi lebih buruk.. Terserah dia. Toh dia sudah menghabiskan cukup energi buat mikirin saya. :-D Saya? Akan terus menjalankan hidup, menerima konsekuensi dari semua pilihan.. Dan berusaha menjadi sahabatnya Alif, Attar, dan ayahnya. Hehehe.. Tujuan hidup yang semakin sederhana sepertinya.. Dan untuk temanku yang sudah iseng baca notes ini, terimakasih sudah meluangkan waktunya.. Semoga kita sama-sama menjadi orang yang dapat memahami kehidupan, dan bersyukur dengan apa yang kita miliki.. Amiiiinn... |
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|