Semakin besar anak-anak, tiap hari berasa nonton Stand Up Comedy. Makin luas pemikiran mereka, semakin tak terduga komentar-komentarnya, yang kadang membuat kita sebagai orangtuanya terpana. Logika sederhana, namun tak terbantahkan.
Untuk saya pribadi, semakin besar anak-anak, ada teman ketika kerja. Ahahaha. Kaya apa komentar Kak Seto baca tulisan saya ini ya? =P Waktu umur 6 tahun, kalau Alif ikut ke kantor, senang rasanya kalau mau pulang ada yang bantuin meriksa komputer, apakah sudah dimatikan dengan baik atau belum, mematikan mesin ups. Hehe... Kemarin, banyak sekali lembar ujian yang harus saya koreksi. Sebagian besar adalah essay. Saya kurang suka tipe soal pilihan berganda, mungkin karena pengalaman pribadi yaa... Kalau sudah ga tahu apa jawabannya, metode meramal digunakan untuk memprediksi apa yaa kira-kira jawabannya. =D Tapi, dengan satu kelas sudah membuat kesepakatan, soal ujian adalah kombinasi dari pilihan ganda dan essay. Mulai deh, isengnya ibu kumat. Ngga bisa liat anaknya nganggur... Me: "Ayooo... Anak ibu siapa yang mau kerja? Ibu ada kerjaan nih..." At: "Ibu ini gimana sih, anak masih sekolah kok disuruh kerja!" *hueee... ini kira-kira komentar Kak Seto kali ya?* Me: "Hehe... Bantuin ibu dong. Ini, periksain lembar jawaban yang bagian pilihan gandanya. Nanti essaynya biar ibu deh." Bukan tanpa alasan saya minta bantuan Alif. Kalau pekerjaan yang melibatkan Matematika, perlu ketelitian, kecermatan, kayanya dia JUARA deh. Kalah sayanya juga. =D Al: "Okee... Alif mau..." *menyenangkan sekali anak ini, ga pernah bosan disuruh menghitung, mengerjakan LKS, belajar, semoga sampai besar begitu terus ya naaaak* Me: "Oke, ibu buatkan kunci jawabannya dulu yaa..." Sedikit usaha, kunci jawaban jadi. Saya memberikan contoh bagaimana cara memeriksanya, melihat dia melakukan koreksi pada dua lembar jawaban, untuk meyakinkan bahwa dia memang mengerti instruksi yang saya berikan. Yap, dia melakukannya sesuai harapan. Teliti, bisa dipercaya. Sayapun melanjutkan mengoreksi bagian essay, sambil melanjutkan diskusi tentang data Irena, yang saat itu juga sedang mampir ke *kantor keduaku* =) Satu yang agak sedikit susah dikoreksi dari si sulung adalah, dia bekerja sambil bicara. Semua dikomentari. Persis ibunya. =D Dan karena persis ibunya juga itulah, sudah pasti saya susah mau mengoreksinya. =D Mulailah komentar-komentarnya dia keluar... Al: "Ini gimana sih, masa cuma betul lima dari lima belas..." Di waktu lain dia berkata, "Ini juga, cuma tujuh...", sekali lagi, "Nah, ini malah cuma dua..." Saya pun menjawab komentarnya, Me: "Iya nih, ibu juga sedih deh, Kak" Karena di bagian essay pun saya bernasib kurang lebih sama dengan Alif. =( Tiba-tiba, dia nyeletuk lagi... Al: "Ibu... Ini beneran ada soalnya kan?" Diikuti Irena yang cekikikan. Awalnya saya ngga ngerti apa maksudnya, maklum, konsentrasi terbagi ke bagaimana caranya melakukan transformasi data, dan setumpuk lembar jawaban di depan mata. Me: "Ha?!?" Irena: "Anak lu lucu amat... Dia pikir itu mahasiswa lagi bikin kerajinan tangan kali yaa... Asal silang-silang doang..." =D Yap, sayapun ikutan nyengir. Apalagi si Alif menambah penjelasannya... Al: "Iya deh, Bu. Kalo dia belajar, masa salahnya banyak amat... Ibu beneran ini ada soalnya kan?" Weks. Dasaaaaaaarrrr!!!! Selain komentar Alif yang lumayan bikin sedih itu, *karena saya mikir, salahnya dimana, kok sampai jelek-jelek gini nilainya, padahal, itu asli di ambil dari empat materi kuliah terakhir, tanpa dimodifikasi sama sekali*, baru bisa merasa lega ketika mendengar dari mulutnya: Al: "Naaahh... Harusnya semua kaya Kakak Maria nih, betulnya 13. Hebat deh Kakak Maria..." =) Nah, kalau kamu teman? Lebih suka soal ujian PG atau Essay?
0 Comments
|
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|