Kenalan sama Dilan itu gara-gara si Ikang, yang out of the blue nanya,
"Uni udah baca novel Dilan, belom?" Waktu saya jawab "Belum...." dia nanya lagi, "Kayanya itu sekolah uni lho.... 22". "Emang ceritanya tentang apa, Kang?" "Tentang anak geng yang pacaran. Kayanya itu (sebut saja dia) Kang Poki deh!" "Oh, ya?" Dah, gitu aja, ga pengen tau, ga penasaran. Cuma pas ada trailer Dilan, dan ngeliat gimana hebohnya orang-orang ga setuju Iqbal jadi Dilan, saya cuma nyengir sambil bilang dalam hati "Mulus pisan panglima tempur teh!" Baru deh beli novelnya, pada saat maen ke Gramedia, terus lagi diskon, terus ga tau mau beli novel apa. Baca di Sabtu siang, ga nyampe sejam tamat, trus langsung Go Mart Dilan 2 dan Milea-nya. Jadilah, seharian saya reunian dalam kenangan. Muahahahahahaha.... barulah pengen tahu siapa itu Pidi Baiq, dan main fact checker-fact checkeran sambil berusaha menduga, TKP dari novel ini :D Ga salah juga si Ikang menduga TKP nya sekolah saya, kecuali settingnya yang diceritakan di tahun 1990, ada beberapa kejadian di novel itu yang memang kami alami. Dan itulah yang membuat saya Sabtu itu merasa kembali ke zaman SMA, sekaligus sedikit kecewa lihat filmnya karena kenangan tentang Bandung dan SMA yang rusak, hahahaha.... Poki si Panglima. Saya baru ngeh kalau di sekolah ada anggota geng motor ya pas kelas 2 SMA. Gara-gara beberapa anak di kelas jadi anggotanya. Mereka ini, emang suka nongkrong, musuhnya wakasek kesiswaan, tapi siapa yang engga sih, kayanya hampir semua siswa yang menolak untuk patuh-patuh amat dengan peraturan sekolah pasti musuhan ama wakasek kesiswaan. Baik itu karena rambut kepanjangan, ketahuan merokok, rok yang kependekan, atau baju yang dibiarkan keleweran. Tapi, yang saya tahu, anak-anak ini pintar-pintar. Hahaha, rasanya ga adil ya dunia, masuk seingetnya, dikejar-kejar guru melulu, tapi matematika dan fisika juara. Gitu deh, jadi saya ga punya alasan untuk membenci mereka, ga tahu ya kalau kamu :D Dari mulut ke mulut, gossipan anak-anak kelas, diceritakan kalau ketua gengnya adalah si Poki, anak kelas sebelah. Suatu hari, setelah istirahat, sekolah heboh. Gerbang depan ditutup, dan pak wakasek kesiswaan nelpon polisi. Sekolah kami diserang. Alasannya apa, saya lupa. Tapi, penyerang sempat berhasil masuk sekolah, bawa-bawa samurai, sebelum berhasil diusir keluar oleh beberapa guru. Siapa yang mereka cari, teman-teman si Poki, tapi pastinya siapa, saya juga ngga ingat. Kejadian setelahnya yang saya ingat. Kami yang tidak diizinkan keluar kelas, dan pelajaran berlanjut seperti biasa, tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Pak wakasek kesiswaan masuk, dengan satu anak di belakangnya, yang tertunduk. Namanya Icar. Percikan darah membuat seragamnya berwarna putih abu-abu kemerahan. Saya sebal sama si bapak, bukannya diobatin dulu malah dijadikan pameran. Intinya si bapak cuma mau bilang "Inilah akibat dari perkelahian, menang jadi abu, kalah jadi arang. Maraneh, tong pipilueun nya!" Sambil ngilu, saya cuma bisa mendoakan, semoga Ical baik-baik saja. Lukanya saja yang agak banyak, tapi luka luar semua. Hari itu, kami semua sudah boleh pulang ke rumah seperti biasa. Ini bedanya dengan tawuran di Jakarta. Mereka ributnya pakai prinsip, jadi yang diserang ya orang yang dicari. Yang gak punya urusan soal itu, ga akan diapa-apain. Sementara tawuran di Jakarta, mendingan pulang sekolah ga suah pakai seragam, supaya ga jadi korban salah sasaran. Kelas 3, saya satu kelas dengan Poki. Ini anak, daftar hadirnya kebakaran. Whew. Tapi ngeselinnya, kalau harus maju untuk ngerjain soal Fisika dia lancar jaya, hahahaha. Persis teman-teman kelas 2 yang satu geng sama dia dahulu. Karena satu kelas, jadi bebas nanya-nanya. Pernah saya klarifikasi mengenai satu hal, yang menjadikan dia legend. Pasca serangan ke sekolah kami tahun sebelumnya, dikisahkan bahwa anak-anak ini melakukan serangan balik. Yang beredar di luar adalah Poki sendirian mengejar beberapa anak dari geng motor yang berbeda. SENDIRIAN. Dia sungguh-sungguh disegani karenanya. "Pok, beneran itu teh? Ai kamu euweuh kasieun?" Tanya saya, karena saya juga ga habis mikir masa itu yang banyakan takut dikejar oleh satu orang. "Duh, Fa. Aslinamah nya, rarasaan teh da teu sorangan! Pan indit teh jeung barudak, pedah urang nu di hareup. Nya tiis weh, sihoreng barudak tinggaleun, urang teu nyaho. Nu di hareup ngebut yang ku urang beuki diudag. Terus pas sadar naha asa sepi, pek teh di tukang euweuh sasaha!" jelasnya. "Terus? Terus kumaha?" tanya saya lagi, makin penasaran. "Nya enggeus weh acting, acting pura-pura tinggaleun, bari tiis tea...." katanya sambil tertawa lebar. Dan saya sungguh-sungguh kasihan sama anak yang dikejar, hahahaha.... ketakutan karena alasan yang tidak jelas. Dari sini saya belajar, reputasi itu bisa karena dibangun, bisa juga karena kebetulan, seperti cerita si Poki, hahahahahaha.... tapi tentunya, dia memang berjiwa pemimpin. Dalam sistem geng-gengan begitu, ga sembarang orang bisa jadi Ketua. Tapi Poki ini seriusan dah melankolis. Poki punya pacar di SMA, murid pindahan. Namanya Kodi. Gatau gimana ceritanya lah mereka putus, dan saya sempat melihat Poki yang sedih dahsyat, matanya merah kaya habis nangis. Bukannya menghibur, saya malah senyum dan bilang "Euleuh.... euleuh.... kamu teh Panglima!" tapi waktu itu Serieus Band belum ngetop, kalo engga dia pasti udah bilang "Panglima juga manusia!" :D Kalau kalian pikir mereka sukanya nongkrong-nongkrong, kebut-kebutan, ga bertanggungjawab gitu sama akademisnya, well.... daftar hadirnya memang merah membara sih, tapi waktunya mau Ebtanas dan UMPTN, mereka sebagian besar ikutan les GO juga. Hahahaha.... bahkan Poki dan gengnya ikutan les Matematika di Pak Eltik. Bahwa kemudian Poki jadi legend, bahkan sampai ke sekolah-sekolah sebelah, atau sampai nyampe ceritanya ke si Ikang yang juga anak geng motor yang sama beberapa tahun kemudian, saya cuma bilang sama Ikang "Tapi dia lulus SMA dan pintar lho, Ikang bisa ga nirunya sama itunya juga? Bukan cuma momotorannya aja!" :D
0 Comments
|
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|