Hello again...
Beberapa pekan terakhir saya ingin menuliskan ini. Terkait dengan apa yang saya rasakan, dan semua curhat yang mendarat sukses di bbm, email, sms, dan social media lainnya. =) Ada apa tentang 30? Di ulangtahun saya ke-20 saya membuat target apa yang harus saya lakukan sebelum usia 30. Seingat saya, targetnya adalah menikah dan memiliki dua anak, dan bisa melanjutkan s2. Target sederhana yang saya pertimbangkan saya bisa mencapainya. Jadi, di ulangtahun saya ke-30, saya bersyukur kepada Allah SWT, karena atas izinnya target sederhana itu tercapai. Alhamdulillah. Apa target saya sebelum usia 40? Hehe... Nanti kita buat notes lagi tentang itu. Bagi saya pribadi, mecapai usia tigapuluh itu seperti bergabung ke sebuah klub, dimana klub itu mensyaratkan harus berusia 30. Suatu lompatan dari merasa berusia duapuluhan (alias muda) ke usia tigapuluhan (alias dewasa -> menolak dibilang tua). Dan ketika masa itu tiba, saya berkata "Akhirnya, saya tigapuluh juga..." dan beberapa teman terdekat menyampaikan "Welcome to the club! Thirty rock!". Saya mencoba mengamati, apa yang teman-teman saya, sahabat-sahabat saya rasakan, pada masa peralihan ini. Para sahabat saya yang wanita dan masih lajang, biasanya pada tahapan mengalami kebosanan untuk menjawab pertanyaan "Kapan kawin?". Seakan-akan wanita yang masih melajang pada usia 30 adalah suatu kejahatan atau ketidaknormalan yang harus segera diatasi. Ada yang bilang, di atas usia 30 beresiko untuk punya anak. Hmm.. coba lihat artikel ini. Menurut saya, (jikapun ini bisa dianggap sebagai kerugian) selisih usia yang terpaut jauh antara anak dan ibunya membuat adanya generation gap di antara keduanya. Tapi ini bisa diperbaiki dengan komunikasi yang lebih baik kan? Dan untuk pilihan metode persalinan, di dunia kedokteran berkembang metode persalinan yang bisa mengatasi kekhawatiran ini. Ketahuilah resikonya, konsultasi, dan serahkan selebihnya pada Allah SWT. Ada yang menyalahkan, kamu sih terlalu pemilih. Lucu yaa, kalau kita mau menghabiskan hidup dengan hanya satu orang saja sepanjang hayat, pastinya milih-milih kan? Masa iya teriak di pasar dan berkata "Ada yang mau menikah dengan saya?" Bahwa tidak ada orang yang sempurna, itu sudah bukan rahasia. Tapi dalam hal ini, prinsip saya adalah "OPTIMASI" alias minimum risk. Alih-alih mencari yang sesuai dengan kriteria saya, saya memilih *daftar sifat jelek* yang menurut saya, bisa saya terima. Yaa, kalau kita bisa menerima kekurangan seseorang, sudah pasti kita bisa menerima kelebihannya, kan? Jadi daripada menyalahkan mereka yang katanya pemilih itu, bagaimana kalau merekomendasikan teman, kenalan, relasi, sahabat, yang kira-kira cocok untuk teman kita itu? Ada yang sampai pada tahap keputusasaan "Ya udah Fa, cariin siapa aja deh yang penting seiman. Cape gw ditanya-tanyain terus!" Dan yang pastinya diprotes ketika saya bilang "Kalau gitu, pergi aja ke masjid sehabis sholat Jumat, dan tanya satu-satu, mau ngga nikah sama saya?" Hehehe... Berdasarkan pengalaman, pertanyaan itu, engga akan ada habisnya. Belum nikah, ditanya "Kapan nikah?". Sudah nikah, ditanya "Kok belum punya anak?". Sudah punya anak 1, ditanya "Kapan nih ada adiknya?". Sudah ada adiknya ditanya lagi, "Tambah dong, kan belum ada anak perempuannya..." -> LOL. nanti kalau itu semua dipenuhin akan nanya apalagi yaaaa? Terus terus terus, harus gimana? Tanya hati kecil kita, mau apa di usia ini. Kalau masih betah melajang, ya tinggal kuatkan hati. Kalau mau mulai untuk mencari pasangan, prinsip minimum risk, boleh tuh dicoba. ;-) Kalau berhasil, share yaaa... What's next? Bagi saya, permasalahan dengan menjadi 30 ini sepertinya adalah kalo jerawatan, bekasnya itu perlu waktu lebih lama untuk hilang. Walaupun si mami bilang "jangan khawatir, itu hanya di lapisan luar kulit" rasanya risih melihat bintik-bintik hitam menghiasi wajah di dalam cermin -> hahaha... solusi: berhenti ngaca! -< Jadi, buat saya, usia 30 itu jadi semacam 'warning' untuk mau mulai perduli sama perawatan muka. Hohoho... ga ada lagi cerita males-malesan bersihin muka... rasakan sendiri akibatnyaaa... -> hiks hiks hiks Selain itu, apa lagi? *bisik-bisik* Susah mengontrol berat. Pada dekade sebelumnya, naik turun berat itu rasanya mudah saja. At this moment? Haduh. Masih belum punya solusi untuk ini. Ada sih keywordnya, OLAHRAGA. Tapi masih kena virus em a el a es. ^_^V Lalu, lalu, apalagi? Untuk yang menikah di awal duapuluhan (seperti saya misalnya), usia tigapuluhan adalah awal dari masa-masa merasakan 'generation gap'. Mulai dari mencoba memahami apa maksud dari *ciyuus miapah*, *enelan?*, *ah, sepiiikkk*, dan membandingkan, seperti apa kita di usia itu? Wohohoho... menjelang anak-anak memasuki abg, adalah moment-moment dimana ortu merasa galau =D Harus bagaimana yaa menyikapi ini? *dan masa deg-degan pun telah saya mulai dengan resmi ketika membaca sms di ponsel anakku...* Seperti juga masa-masa 'duapuluh' saya, saya yakin, masa 'tigapuluh' ini akan saya kenang nanti. Dengan tersenyum, menertawakan kekonyolan dan ketidakbijaksanaan yang saya buat. Dan pada akhirnya, mengakui, bahwa pertambahan usia dan tuntutan lingkungan terhadapnya, dapat mengubah cara berpikir kita. Beberapa orang melabeli itu dengan KEDEWASAAN. Jadi, apa arti tigapuluhan untukmu, teman? Share yaa... ^_^V
0 Comments
|
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|