Seperti biasa awal tahun ajaran baru, anak-anak mendapatkan buku penghubung.
Dan tidak seperti biasanya, buku penghubung anak-anak kali ini sungguh membuat saya terheran-heran. Apalah yang ada di pikiran orang-orang yang men-design buku ini, kok anak kelas dua dan tiga SD sudah diharuskan menulis apa yang jadi hambatan dalam belajar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mencapai cita-cita, dan sebagainya. Tapi lidah saya sudah kelu, sebenarnya. Selama saya masih memilih menyekolahkan anak di sekolah umum, ya sudah, mau diapakan lagi. Terpaksa diikuti prosedurnya. *sangat sangat ingin mencoba home schooling* Tibalah pada pertanyaan yang rasanya bertahun-tahun tapi belum ketemu jawaban yang pasti. =D Me: "Jadi, ibu isi apa nih cita-citanya kakak? Masih mau masuk surga aja kah?" Al: "Masuk surga nya sih mau. Tapi itu kan bukan pekerjaan..." =D ternyata jawaban saya waktu itu belum memuaskan hatinya. Menurut definisi Alif, cita-cita itu pekerjaan, pekerjaan itu adalah sesuatu yang menghasilkan uang. Itu saja. Baiklah, hmm... Profesi apa ya yang belum diceritakan ke Alif? Dokter, Insinyur, Pilot, Polisi, Tentara, Dosen, apalagi? Baru-baru ini tante saya bercerita tentang 'deritanya' menjadi teller bank. Lalu, tiba-tiba saya punya ide untuk memperkenalkan pekerjaan di dunia perbankan kepada Alif. Me: "Kalau jadi pegawai bank, mau ngga?" Alif: "Emangnya kerjaannya apa aja?" Me: *mikir-mikir dulu, bisa ga ya nanti jawab kelanjutan pertanyaan dia, agak bingung juga kalau harus menjelaskan peran manager, customer service, dsb* "hmm... banyak, ada teller, manager, customer service, direktur.." Alif: "Apa itu teller?" Me: *here we go.. tarik napas dalam-dalam...* "Teller itu kasir. Kalo di kantor Ayah, itu kira-kira seperti Mas Budi. Orang yang bertugas menerima dan memberikan uang ke nasabah..." Alif: "Apa itu nasabah?" Me: "Nasabah itu orang yang datang ke bank, bisa untuk menabung, pokoknya yang datang ke bank untuk memanfaatkan layanan bank nya." Alif: "Udah, gitu aja kerjanya? Menerima uang, menghitung uang, enak juga ya buu..." Me: "Tapi Tante Rika bilang, ada ga enaknya. Misalnya, kalau ada selisih dengan catatan, teller nya harus mengganti uangnya." Alif: "Maksudnya?" Me: "Iya, misalnya di catatan uangnya harusnya ada dua ratus juta. Eh, setelah alif hitung cuma ada seratus sembilan puluh juta. Sepuluh jutanya harus alif ganti lho..." Alif: "Lho kok gitu?" Me: "Iya.. Karena itu artinya alif ngga teliti..." Alif: "Hmm... Berat juga ya, bu. Kalau gitu, kalau alif jadi teller alif akan banyak-banyak berdoa, bu..." Me: "Emangnya alif mau berdoa apa?" Alif: "Semoga orang-orang ngantrinya ngga di meja alif. Kalau perlu alif bilang, tolong ke sebelah aja yaa... Jadi kan alif ga hilang uang." Me: "Hahahaha... Itu mah makan gaji buta namanya. Ngga boleh begitu dong. Nanti bos nya marah lho..." Alif: "Gitu ya bu? Uh.. Ya udah, kalo gitu gini deh, Bapak, Ibu, tolong uangnya ditaruh ke brankas sendiri yaa..." Me: "Weh, itu malah lebih ngga boleh lagi. Ngga semua orang diberikan akses ke brankas bank lho. Itu malah nanti lebih banyak lagi hilangnya...: Alif: "Duh. Terus gimana dong? Ada ngga sih pekerjaan yang ngga susah?" Hehehe... Ayo coba temans... Ada ngga pekerjaan yang ngga punya resiko? =D Siapa tau bisa jadi inspirasi nya alif. ;-)
1 Comment
Skyg
3/12/2016 12:49:31 pm
Senang sekali saya membaca blog ibu Alfa terutama bagian anak-anak dan perasaan2 ibu saat menghadapinya. Saya sendiri jg saat ini punya 2 putra (5thn dan 1 thn). Hampir mirip2 seperti Ibu, yg sulung saat ini lagi mau masuk SD, baca2 kisah pusingnya milih sekolah dan hasil yg dipilih, saya jadi makin mantap dgn pilihan saya.
Reply
Leave a Reply. |
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|