Mungkin itu yang dipikirkan para pembuat soal olimpiade-olimpiadean ini. Bolak-balik merhatiin soal OMITS-nya ITS, Vektor-nya UGM, dan OSN-nya Dikdas. Terus terang saya jadi mengerti perasaan orang-orang yang bilang Matematika itu susah. :)
Ini soal setingkat SD. Dari sekumpulan soal itu, hanya beberapa yang bisa saya selesaikan 100% (Saya? Iya, saya. Yang sedang mempertanyakan, -ya ampun, jangan2 balik ke SD sekarang gw gak lulus nih- haiks) Awalnya saya pikir anak SD mana sih yang bisa komplit menyelesaikan ini semua? #cengarcengir Sampe googling and takjub sendiri bahwa ada anak SD yang cuma bikin kesalahan 20% (takjubnya karena keberhasilan si gw aja cuma 95%, maaan, jalan dia masih panjang banget, jadi apa dia entar seumuran gw?) And the hardest part is, transfer the knowledge to my baby boy (no matter how old he is, he will always be my baby boy, hahahaha.... Nikmatnya menjadi Ibu). Soal-soal setingkat matdas UMPTN (yang udah berapa kali ganti nama, bikin gw merasa jadi mahluk prasejarah yang masih aja pake istilah UMPTN) Untungnya, si baby boy sukarela belajar. Sayangnya, Ibunya belum sekelas Professor yang bisa menyederhanakan hal-hal yang susah. :( Need to learn more and more.... Dan saya masih mikir2, apakah para pemenang olimpiade itu, masih punya waktu untuk main?
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|