Akhirnya berhasil juga saya membujuk si ayah untuk membelikan baju kotak-kotak. :-D Pasti kalian berpikir bahwa saya pendukung Jokowi kan? :-D Terserah. Sebab menurut saya, pilihannya adalah antara Foke, Jokowi, dan tidak memilih.
Saya suka idenya tim Jokowi dengan berjualan baju kotak-kotak itu, yang katanya untuk dana kampanye. Yaa, walaupun di beberapa daerah dibagikan gratis (kalo bisa ngasi gratis berarti ada yang bayarin dong kampanyenya), tetap saja.. Ide untuk punya dana kampanye yang diketahui banyak orang jadi menarik buat saya, kalau semua calon pemimpin idenya kaya gini, kan ga perlu bailout century yaa... :-p Sebetulnya saya berharap, semua pemilih itu seperti si ayah. Swing voter, bukan dari si a ke b, tapi dari ga mau milih jadi semangat milih. Dan, proses menentukan pilihannya pun menarik, ngalah-ngalahin saya waktu nyusun thesis deh risetnya. Engga kaya kebanyakan pendukung kedua belah pihak yang pakai kacamata kuda (tau dong kacamata kuda, sengaja dibuat ketutup semua supaya kudanya cuma ngikutin maunya kusir doang), maunya denger yang bagus-bagus aja tentang calonnya dan sebisa mungkin jelek-jelekin calon yang lainnya (ga di sepakbola, ga di pilkada, sama aja kelakuannya, urakan! Apa kerukunan itu emang cuma ada di buku PKN yaa?) Dan karena si ayah ngerasa punya istri *orang BPS* jadilah dia menugaskan saya untuk menjelaskan semua konsep BPS tentang data yang digunakan si triomacan2000 itu... Wkwkwk... Sakti juga tuh macan, BPS1 sampai turun tangan mengklarifikasi, ini kata si ayah lho yaa, yang dengan setia mengikuti setiap perkembangannya dan bilang "Itu lhoo.. Kemarin, Pak Suryamin menjelaskan tentang data yang digunakan...", saya malah ngga tau kalau beliau turun tangan. Ya, saya takjub sama usaha si ayah yang berusaha mencari tahu kebenaran dari suatu informasi. Dibandingkan saya yang pesimis, dan berpendapat bahwa kedua calon memiliki kekurangan yang saya pengennya tidak ada di diri mereka. (Dan si videoklip parodi itu menyadarkan saya, mana ada manusia yang sempurna?) Supaya berimbang, setiap diskusi sama si ayah, saya selalu berusaha untuk mengingatkan, "Ya, tapi si A juga begini lho... Ga bisa dibilang dia tidak melakukan apa-apa, hanya saja, yang dia lakukan belum memenuhi harapan kita tentang apa yang seharusnya dia lakukan..." Sederhana saja, karena dengan memberikan suara kita kepada satu orang, kita bukanlah memenangkan dia, tapi memberikan dia pekerjaan rumah yang luar biasa berat (fiuh... Jadi ketua rt yang adil dan mampu mengakomodir setiap keinginan warga aja susah, apalagi jadi gubernur yaa?!?). Kalau adik saya bilang, Tuhan itu tidak akan memberikan cobaan kepada manusia diluar batas kemampuannya, tapi dosen suka menguji mahasiswa diluar kemampuan mahasiswanya. Hehehe... Pada kasus ini, kita yang jadi dosennya. Dan saya rasa, siapapun dia yang terpilih nantinya, kalau punya hati nurani sih, pastinya akan bekerja keras 'memperbaiki Jakarta'. Bukan pekerjaan yang mudah, kan? Setelah sekian lama saya jengkel dengan ulasan pilkada dki yang kebanyakan tidak proporsional, hari ini saya tersenyum geli dengan sebuah videoklip parodi, yang cukup mudah diingat tagline nya "Jokowi Ahok-ahok Fokelah kalau begitu..." Duh, kaya apa ya rasanya melihat anak-anak muda menyuarakan pemilu damai. Lega hati rasanya, masih ada yang ngga norak (masih ada yang waras, hehehe) dalam menyikapi pilkada ini. Sementara yang tuanya sibuk saling serang, saling lapor, saling sindir... (Persis kaya emak-emak yang anaknya abis berantem ama tetangga sebelah. Si anak kaga kenapa-kenapa, besoknya udah maenan lagi, emak-emaknya empat kali puasa empat kali lebaran belom tegoran juga... Ckckck.. Kalah deh bang thoyib) Hebatnya lagi si ayah, meski dia sudah punya pilihan *NKRI harga mati, gitu kira-kira katanya, hahahaha* dia tidak memaksakan pilihannya pada saya. Dia membiarkan saya dengan pikiran saya sendiri, mau ngapain saya di bilik suara nanti... Yuk, pemilu damai... Mau milih siapapun, ga usah norak. Broadcast-broadcast black campaign, ish... Ga beda ama kuda yang saya ceritain tuh, dipakaikan kacamata kuda, supaya bergerak hanya sesuai kehendak kusirnya. Be a smart supporter, be a wise voter. Yuk, pemilu damai... Mau siapapun yang jadi gubernur, tidak mengurangi kewajiban kita untuk menjadi warna negara yang baik, kan? Mau siapapun yang jadi gubernur, saya mah, jadi pns bps aja, semoga jadi pns yang baik, yang bisa melaksanakan tugas dengan baik... Aamiin... Pada akhir tulisan ini, ingin menambahkan, ini cuma opini saya lho yaaa... :-p hanya tentang saya, dan bagaimana saya menyikapi kehebohan pilkada ini.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|