Sebagai 'facebook addict', ternyata saya ini jadi cukup populer, padahal tidak ada niat untuk mempromosikan diri, Walau kadang2 itu menguntungkan karena banyak orang yang tiba-tiba merasa mengenal saya secara dekat. =)
Saya pernah mempunyai pengalaman buruk dalam menerima teman (fasilitas add friend di facebook), dimana saya meng add seorang pria yang mengajak berkenalan. Akhirnya saya mendapat perlakuan tidak enak yang membuat saya lebih berhati-hati dalam mengkonfirmasi permintaan untuk berteman. Salah satu caranya adalah mengabaikan orang-orang yang mengajak berteman menggunakan fasilitas invite tool, atau orang-orang tanpa identitas jelas (tidak ada foto dan minim informasi). Satu minggu sebelum keberangkatan ke Surabaya saya meng-update status di facebook, bercerita bahwa saya mengalami kesulitan dengan topik thesis saya, karena belum ada bayangan sama sekali apa yang akan saya riset. Maksudnya, siapa tahu ada feedback menarik dari teman-teman yang lain, yang bisa saya pertimbangkan untuk dijadikan topik thesis. Beberapa hari kemudian, ada satu pesan masuk dari seorang pria tak berfoto dengan pesan singkat "Sudah dapat apa yang dicari?". Ketika saya melakukan identifikasi terhadap pria itu, ternyata kami tidak berteman. Dan tidak ada informasi yang dapat saya gunakan untuk membuat keputusan apakah pesan ini perlu dibalas atau tidak. Dan saya memutuskan untuk tidak membalasnya, mengingat saat itu saya juga tidak mengerti apa maksud pesannya, karena status saya di facebook sudah berganti lagi. Jadi tidak terfikir sama sekali bahwa pesan itu adalah feedback status saya yang lalu. Lalu saya pun berangkat di Surabaya. Banyak pesan masuk baik feedback terhadap status saya yang bisa dibaca semua orang, maupun lewat jalur pribadi yang membuat saya merasakan manfaat yang besar dari jalur pertemanan ini. Ada yang menawarkan rumah kost, tawaran bantuan jika memerlukan guide selama di surabaya, referensi kuliner tempat-tempat yang sayang untuk dilewatkan, dan lain-lain. Baik itu dari orang yang betul-betul saya kenal, maupun kenal karena temannya teman, atau tidak kenal sama sekali (dalam rangka sosialisasi sensus penduduk 2010 saya memang cenderung meng add friend selama namanya masih menggunakan nama Indonesia, dengan tujuan orang itu suatu saat akan menjadi target sosialisasi saya) Lalu kembali masuk pesan dari pria yang tidak saya kenal tadi, yang saya abaikan pesannya terdahulu. Intinya, pria itu menanyakan apakah saya jadi ke Surabaya untuk menyelesaikan judul. Barulah saya mengerti maksud dari pesannya terlebih dahulu. Sepertinya jika ada orang yang menawarkan bantuan, sayang untuk dilewatkan. Lalu saya memutuskan untuk membalas pesannya, bahwa saya sudah ada di Surabaya. Apakah beliau bermaksud menawarkan usulan topik? Mulailah terjalin komunikasi dua arah, dimana beliau memberikan nama suatu tempat dimana katanya saya akan menemukan 'banyak orang statistik'. Yang juga saat itu saya berfikir, bersama saya saja sudah ada 24 'orang statistik', belum lagi teman-teman kantor di BPS Provinsi DKI Jakarta, tempat dimana saya ingin melakukan penelitian yang bisa diaplikasikan nantinya. Tapi entah kenapa, saya belum juga tergerak untuk menanggapi pesan tersebut secara serius. Mungkin pria itu berfikir, saya ini serius atau tidak, karena menyambut tawarannya dengan sekenanya saja. Lalu dia membalas, kalau memang niat, silahkan datang ke kantornya, atau mencarinya ke kantor, Insyaallah dia akan membantu. Dalam hati, ini orang sok terkenal amat ya. Baru kali ini nyampe Surabaya, sudah disuruh-suruh pula ke suatu tempat yang namanya saja baru dikenal lewat pesan beliau itu. Apa sih maunya, mana mempertanyakan niat saya dalam melakukan penelitian. Dengan agak sedikit kesal, saya jawab, "Niat dong... Emang dimana sih kantornya?" Mungkin akhirnya dia sadar bahwa saya tidak mengenalnya sama sekali. Lalu jawaban terakhirnya adalah, "Coba cari data ke BPS Provinsi..." (yang mana ada 33 Provinsi di Indonesia ini, hehehe...) Kembali berfikir, bagaimana mungkin ada orang yang menyarankan saya mencari data ke BPS. Sebagai pegawai organik BPS tentunya saya tahu kemana harus mencari data. Mulailah terlintas, sepertinya orang ini sama sekali tidak bermaksud iseng. Dan mungkin dia adalah pegawai BPS juga. (Biasanya saya melakukan searching di community untuk mengetahui pegawai organik BPS, namun entah mengapa hal itu tidak saya lakukan untuk mengkonfirmasi informasi beliau itu dahulu). Bersama saya, ada seorang tugas belajar dari BPS Provinsi Jawa Timur, melalui dia, saya tanyakan, "Apakah Anda mengenal Pak X?" Jawabannya lalu membuat saya tersenyum kecut (untuk yang pegawai negeri, melihat kastanya tentunya dapat mengerti posisi saya yang staf biasa-non eselon, dan Kabid yang eselon III), dan sedikit salah tingkah karena sudah menganggap orang itu sok terkenal, hehehe... "Pasti 'Fa. Dia itu Kabid Y di BPS Provinsi Jawa Timur." Dan segala petunjuk dalam pesannya itu baru dapat saya mengerti dengan sangat baik sekali. Nama tempat yang dia sebutkan adalah alamat kantor BPS Provinsi Jawa Timur, yang menurut dia banyak orang statistiknya. Undangan main ke kantor itu dalam rangka mencari data dan konsultasi, karena memang Jawa Timur mempunyai kekhasan karakteristik dengan jumlah Kabupaten/Kota yang besar dan keterwakilan dari setiap kategori Kabupaten/Kota (Kota besar sampai ke Kabupaten kecil). Walau belum sempat bertemu langsung, lewat catatan ini saya meminta maaf kepada yang bersangkutan karena mengabaikan niat baiknya. Dan menyadari betapa beruntungnya saya mendapat perhatian dalam usaha menyelesaikan Tugas Belajar ini.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|