Orang-orang yang bergelar akademis adalah orang-orang yang diberikan hak istimewa untuk berbicara dan didengarkan pendapatnya.
Quote di atas awalnya saya pikir adalah sebuah kelebayan yang sempurna. Memangnya seorang Sarjana, Master, Doktor, tidak bisa berbuat kesalahan? Sampai hari ini tiba. Sebelum hari ini, sebenarnya sudah ada beberapa kasus pencatutan nama dan gelar dalam pesan berantai di social media. Sebut saja Bu Dr Yahman Wisnani, yang harus repot menjelaskan bahwa bukan beliau yang menulis pesan yang beredar lewat BBM/WA, bahkan beliau tidak memiliki aplikasi itu. Atau Andrea Hirata yang juga pernah mengalami hal yang sama, karena beberapa dari kita percaya bahwa dia 'memiliki kewenangan ilmiah' untuk beropini. ;) Dan hari ini pun tiba. Sebuah game dinyatakan membahayakan keamanan negara. Tak kurang dua tokoh nasional bergelar Professor berkomentar mengenai ini. Segera pesan ini kemudian menjadi viral. Abaikan indeks Scopus. Abaikan akreditasi Dikti/LIPI. Abaikan mana yang boleh/bisa dijadikan sumber informasi atau yang tidak. Abaikan nalar. Abaikan gaya bahasa. Abaikan bahwa gelar doktornya ga sejalur dengan isi komentarnya. Abaikan semua.... Karena yang nulis adalah Professor. Tulisannya seharusnya "ilmiah", merupakan hasil penelitian/amatan yang cermat. Dan kita pun lupa, lupa bertanya, sungguhkah dia menulis demikian? Satu who, yang mengalahkan what, when, where, why and how. Betapa beratnya menjadi pemimpin. Betapa beratnya menjadi berilmu. Betapa beratnya menjadi ulama. Lebih banyak orang yang tidak berpengetahuan menyerahkan nasibnya pada mereka yang dianggap memiliki pengetahuan. Betapa mengerikannya berilmu, di mata saya. Pelajaran moral bagi saya hari ini adalah saya perlu untuk lebih berhati-hati bicara, karena akan ada sekelompok orang yang menganggapnya sebagai kebenaran. Ya Allah. Tinggikanlah ilmuku, namun tetaplah rendahkan hatiku. Karena yang kuketahui adalah sebatas apa yang kuketahui, dan masih banyak hal-hal lain di luar itu.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|