Waktu kemarin mertua sakit, ternyata belum diurus BPJS-nya. Sama si ayah pandang-pandangan, kenapa kita bisa lupa ya? Gimana ceritanya? :D -> Yes, we are Mr. and Mrs. Forgetful Setelah menyatukan keeping-keping ingatan, ternyata si Ayah dulu pas kantornya ngurus BPJS kan gak ngurus, karena dia udah punya Askes. Nah, waktu itu peraturan BPJS, PNS kan boleh nambahin orangtua dan mertua ke dam tanggungan BPJS-nya. Cuma, waktu nanya yang ngurusin aplikasi gaji di kantor, dibilang belum ada juklak/aplikasinya untuk itu. Kayanya, itu alasannya deh (mau dibilang ngeles juga monggo). Yasudahlah, akhirnya si Ayah memutuskan untuk ngurus sendiri saja. Dia sebenarnya minta saya ikut, tapi ada kolokium teman yang saya sudah berjanji akan menghadiri. Di Jalan Balai Pustaka itu, ada dua kantor BPJS. Satu yang sejajar dengan Apotik Rini, ini untuk penambahan angota keluarga. Dan satunya lagi, di seberangnya, ini untuk pengurusan kartu BPJS baru. Berdasarkan informasi yang ada di sini, iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah. Setelah ambil nomer antrian, ternyata ada yang kurang, yaitu: Daftar Gaji dan SK terakhir saya. Karena, mau diikutkan ke saya. Persyaratan lengkapnya adalah:
Setelah urus daftar gaji, akhirnya saya nemenin juga si Ayah ke kantor BPJS. Dia sangat khawatir jangan-jangan nanti ada yang kurang, tandatangan atau apa gitu, jadi saya diminta ikut. Antrian untuk penambahan anggota keluarga PNS tidak sepanjang yang lainnya. Sebagai info, loket BPJS dibuka jam 7 pagi. Daftar baru, antrinya dari subuh. Sehari hanya melayani 200 pendaftar, Jam 8 biasanya nomer antrian sudah habis (info ini tadinya bikin saya stress dan malas, hihihihi). Kami datang jam 8 dan dapat nomer antrian D-51. Saat itu, yang dilayani baru sampai D-12. Maka hitungan saya, waktu pelayanan untuk 1 orang kurang lebih 5 menit. Jadi ya kira-kira, kita baru dilayani sekitar jam 11-an. Ada empat kategori nomer antrian, A untuk umum, B untuk perusahaan, C lupa apaan (hahaha), D untuk PNS/TNI/Polri. Di form penambahan anggota keluarga, kita diminta memilih Faskes Tingkat Pertama. Ternyata, selain Puskesmas, kita boleh pilih beberapa Klinik yang sudah bekerjasama dengan BPJS. Sayangnya, dari daftar nama Klinik yang ada untuk Jakarta Timur, gak ada yang familiar gitu. Jadi si Ayah memutuskan untuk di Puskesmas Duren Sawit saja. Gak masalah sih, kami pencinta Puskesmas. Saya jarang minum obat walau lagi sakit, dan kalau terpaksa minum obat sekalipun, mempannya sama obat Puskesmas. Hahaha…. Setelah numpang ngadem di Ranti, duduk sampai bosan, dan akhirnya menyusuri jalan Balai Pustaka sama si Ayah cari sarapan (berasa balik ke jaman awal nikah, karena kami ngontrak paviliun di dekat situ, sebelum saya berangkat ke Kendari), akhirnya jam 11 kami kembali ke gedung BPJS. Eh, antriannya kelewat, sudah D-53. Untungnya, D-53 nya juga belum datang, jadi kami menggantikan D-53. Semua syarat diserahkan, formulir gak dibaca, si Mbaknya malah nanya, Faskesnya di mana? Saya bilang saya ngga tahu kodenya. Dia bilang, sebut saja. Ya sudah, saya bilang Puskesmas Kecamatan Duren Sawit. Langsung dia input ke komputer (Pertanyaan saya, terus formulirnya buat apa, Mbak Cantik? Kalau bisa wawancara ya wawancara saja toh, lebih murah, hemat kertas….) Terus saya bilang lagi, “Mbak, kami mau pindah Faskes, itu kartu Askes, Faskes pilihannya masih Puskesmas Rawasari. Sekarang sudah gak tinggal di Jakarta Pusat lagi.” Jawab si Mbak, “Oh, Oke.” Si Mbaknya ngasih formulir yang harus di isi, terus dia memindahkan Faskes kami ke Puskesmas Duren Sawit, dan print lembaran keterangan bahwa Faskes sudah dialihkan. Padahal saya belum ngisi formulirnya. Lalu, saya tanya lagi, “Mbak, ini formulirnya gimana?” Dia jawab, “Lampirkan saja nanti di situ.” Kemudian, kami diberi nomer rekening virtual account, dan bundelan syarat-syarat kelengkapan tadi. Dengan pesan dari si Mbak, “Transfer ke nomer ini ya Mbak, nanti kembali lagi ke sini.” Oh iya, yang say abaca kan preminya 1% dari Gaji Pokok ya? Ternyata engga tuh. Hitungan saya sih 1.3% Tapi ya gakpapa sih, masih lebih murah dari premi regular. Pilihan bank adalah Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BRI. Kalau boleh pakai mobile banking sih bisa transaksi di situ, selesai. Karena harus melampirkan bukti transfer, terpaksa kami nyari ATM. Alhamdulillahnya, di seberangnya ada ATM BNI. Dengan polosnya karena perintah si Mbak itu Transfer, ya saya masuk ke menu Trasfer dong. Tapi kok nomer tidak dikenal, nah lho. Untung Satpamnya sigap, dia yang ngasih tau, “Bu, kalau BPJS, masuknya lewat menu pembayaran.” Ih keren deh Bapak Satpam, pasti udah sering ya ketemu orang yang bingung kaya saya. Hahaha…. Tandanya, Satpam penuh pengalaman. Yang perlu dinput setelah nomer rekening virtual account tadi adalah: jumlah bulan yang dibayar (maksimum 12). Nanti, preminya otomatis tercatat. (Pertanyaannya, kalau online begini, kenapa gak boleh pakai mobile banking pas di BPJS nya aja, jadi saya gak perlu panas-panasan, hiks). Dapat bukti transfer, saya pun kembali ke gedung BPJS-nya. Kali ini, gak pakai nomer antrian lagi. Tinggal nunggu di depan Mbak-nya. Bundelan syarat tadi dikembalikan (tanpa formulir perubahan data, saya ngga ngerti kenapa harus di isi, lha datanya sudah dirubah, hehehe), daaaaaaannn…. Kartu BPJS ayah mertua saya pun di print-kan. Beda dengan milik kami (Saya, suami, dan anak-anak) yang cuma lembaran kertas dengan catatan Faskes baru (Mbaknya memang bilang sih, nggak perlu ganti kartu, kartu Askes lamanya masih bisa digunakan), punya ayah Mertua sudah dengan plastik laminasinya. Sebenarnya prosesnya sih cepat ya, ditotaljendral semuanya ketika ada di loket tidak sampai sepuluh menit. Seandainya saja di gedung BPJS nya ada ATM atau boleh pakai mobile banking. Sebenarnya, katanya bisa online daftarnya. Tapi NIK ayah mertua saya, tidak dikenali oleh sistem BPJS-nya. Entah kenapa. Oiya, tambahan keluarga dengan premi 1% ini hanya berlaku untuk Anak, Orangtua, dan Mertua yaa…. Tadinya mau daftarin adik juga, tapi gak bisa. Hiks…. Semoga informasinya berguna yaaa.... :)
2 Comments
Alfa
8/23/2016 10:18:10 am
Mbak, maaf baru baca ini komennya :D
Reply
Leave a Reply. |
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|