Anak saya pusing nonton berita. Dia bilang "Ini gak boleh, itu gak boleh, terus saya jajan apa?" #nyengir well, karena konon kata gurunya suka kasihan lihat anak saya jam istirahat gak jajan, saya ikutin deh ngasih uang jajan. Tapi, pas ke sekolah emang udah inspeksi, mana yang boleh dan yang tidak, karena yang kecil kan amandel.
Pembicaraan pun merebak di kalangan masyarakat. Di angkot, omprengan, taksi, kereta, semua membicarakan brownies berganja ini. Sampai si Mbak yang juga ikutan nanya, "Itu brownies yang dijual di warung-warung harga seribuan itu bukan sih, Bu?" Terus terang tadinya saya gak tahu. Demi menjawab pertanyaan si Mbak saya pun jadi baca-baca beberapa versi kisah si brownies ganja ini. Dan berdasarkan pengakuan si penjual harganya 200rb per kotak (well, gak semua orang bisa beli), dan menariknya pembelinya tahu bahwa itu mengandung ganja. Jadi, bukan jebakan batman seperti perkiraan saya awalnya. Satu site mengutip bahwa si penjual menjualnya di olshop nya, tokohemp dot com. Saya pun kepo, penasaran aja, diblokir gak ginian sama pemerintah. Eh ternyata engga, padahal udah positive thinking nyari di wayback jaga-jaga diblokir. Ternyata situsnya masih mejeng dengan manisnya. Dan saya pun bingung, namanya udah tokohemp dot com. Contact person jelas. Transaksi by email. Katalog seputar peralatan itu dah. Bisa lulus sensor. Hehehe, padahal besar kemungkinan dia jualan ganja. Yang nanya ke contact juga kemungkinan ya nanya ketersediaan bahan baku utamanya, engga aja kan nanya "Masnya jual gulali gak?" Kecuali itu yang jadi kata sandinya. But my point is, yang beli dan yang jual sama-sama tahu kondisinya (berbahan baku ganja), dan dia harganya bukan di kelas brownies oleh-oleh. Bikin mikir kalau mau beli (itu mah elu kali, Fa, kelas brownies lima puluh rebuan!). Yang perlu dikhawatirkan, yang ikutan makan dikasihtahu gak ama yang beli bahwa itu mengandung ganja? Dampak ikutannya bisa berbahaya. Tapi saya sedikit merasa terganggu dengan atribut tambahan yang disematkan ke penjual browniesnya, yaitu statusnya sebagai ODHA yang juga menderita Hep-C. Man, mau dia ODHA atau kagak, jualannya udah barang ilegal. Hukum aja tidak membedakan status ODHA, tuntutan hukumannya tidak menjadi lebih ringan, ataupun lebih berat. Masa iya kita mau menstigma dengan kata-kata: "Udah jualan barang ilegal, ternyata ODHA toh." Lah, hubungannya? Saya masih mikirin, jangan-jangan dia jadi jualan karena gak ada perusahaan yang mau nerima ODHA kalau dia jujur dengan statusnya. Tapi ya ngga jualan brownies berganja juga kali Mas, Cappucino Cincau aja, nyari pengkolan yang belum ada penguasanya. Gak campur ganja yaa.... grin emoticon Jadi besok saya mau bilang ke si Mbak, bahwa itu bukan brownies seribuan yang dijual di warung-warung. smile emoticon dan kira-kira, itu tokohemp, bakal diblokir atau engga ya?
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|