Entah sejak kapan, dan bagaimana mulanya, yang pasti ketika saya menjadi 'warga' BPS Prov. DKI Jakarta, kantor BPS Prov. DKI Jakarta itu terbagi menjadi dua.
Kepala BPS, Bagian Tata Usaha, Bidang Statistik Sosial dan Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik berkantor di Jalan Medan Merdeka Selatan. Sedangkan Bidang Statistik Distribusi, Bidang Statistik Produksi dan Bidang Integrasi, Pendolahan dan Diseminasi Statistik berkantor di Gedung BIPI, Jalan R. Soeprapto. Secara organisasi, kantor yang terpisah seperti ini membuat komunikasi tidak efisien. Itu mungkin yang terlintas di pikiran Pak Djamal (walau sekarang beliau bukan lagi Ka. BPS Prov. DKI Jakarta), untuk menyatukan kembali Kepala BPS, lima bidang dan satu bagian itu dalam satu gedung. Yang akhirnya, berdasarkan negosiasi dengan Pemda (BPS Prov. DKI Jakarta masih menggunakan fasilitas dari Pemda), didapat keputusan bahwa BPS Prov. DKI Jakarta akan menempati Lantai 3 dan Lantai 4 Gedung BIPI. Renovasi gedung dilaksanakan semenjak 2008, dan direncanakan Gedung BIPI siap ditempati pada Maret 2009. Namun sepertinya manusia memang hanya bisa berencana. Sampai akhir Maret 2009, perijinan gedung belum mendapatkan kata final. Ada dinas yang belum mau direalokasi. Selain itu juga, pergantian kepala kantor di BPS Prov. DKI Jakarta membuat perhatian teralih ke transisi kepemimpinan. Demikianlah, penjelasan tentang tertundanya kepindahan BPS Prov. DKI Jakarta dari Medan Merdeka Selatan menuju BIPI. Namun, 21 April 2009, sekitar pukul 15.45, hujan lebat dan angin puting beliung melanda Jakarta Pusat. Mengakibatkan melayangnya separuh bagian dari atap kantor BPS Prov. DKI Jakarta yang di Medan Merdeka Selatan, mengakibatkan plafond yang terbuat dari gipsum juga hancur luluh berantakan, seperti bubur kertas, akibat disiram air hujan. Seng-seng yang berterbangan ada yang jatuh menimpa meja karyawan, memecahkan beberapa kaca, bahkan dua mobil yang diparkir di Gedung Lemhanas hancur tertimpa seng dan balok kayu yang tadinya merupakan bagian dari atap kantor. Beberapa unit pc dan printer harus menjalani 'perawatan intensif' karena diguyur air hujan. Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa. Entah firasat atau apa, tapi bagian disebelah mana atapnya hilang terbawa angin, sedang tidak ada yang menempati. Mbak Nani, staf tata usaha, yang mejanya tertimpa seng, sedang tidak duduk ditempatnya, walau pindahnya hanya beberapa meter dari lokasi, dan menyaksikan bagaimana kepingan seng jatuh di mejanya, cukup membuat Mbak Nani tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat, bersyukur saat itu tidak sedang duduk di mejanya. Mas Bedjo lain lagi, sempat panik karena tertimpa plafond, namun tidak bisa membuka pintu keluar karena tekanan angin dari luar, berkata tidak bisa tidur semalaman karena masih trauma membayangkan kejadian tadi. Maka 22 April 2009, evakuasi BPS Prov. DKI Jakarta resmi dilakukan. Dalam keadaan serba darurat, pemindahan alat-alat kantor, dokumen-dokumen, dan sebagainya. Padahal, 23 April 2009 adalah hari pertama pelatihan pemetaan SP 2010 untuk wilayah DKI Jakarta. Musibah memang tak perlu mengenal waktu. Tapi rencana kepindahan yang tertunda membuat BPS Prov. DKI Jakarta akhirnya terpaksa dipindahkan oleh alam.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|