Terimakasih, Ayah Elwindra Adha
Anggap saja saya lebay. Rencana awal ingin menyekolahkan anak di International School. Dalam rangka menghadapi tantangan global. Masalah mampu atau tidak, rasanya untuk anak-anaknya setiap orangtua akan memaksakan diri untuk mampu. Dan sayapun bodoh. Saya ingin anak-anak saya punya pengetahuan agama yang lebih baik dari saya. Maka sekolahnya haruslah Sekolah Islam Internasional. Dan si Ayah cukup setia menemani berkeliling Jakarta Timur mencari sekolah yang kami mau. Setelah puas melihat saya yang panik gak dapat sekolah yang cocok di hati dan cocok di kantong, mulailah dia mengajukan pertanyaan. 1. Sejak kapan kewajiban mendidik masalah agama jadi tanggung jawab bu guru dan pak guru? 2. Darimana saya mengambil kesimpulan bahwa sekolah internasional lebih baik dari sekolah lokal? 3. Apa yang kamu inginkan dari anak-anakmu? Dan kemudian dia membuat -final statement-. Saya ingin, anak saya kelak mengerti bahwa perbedaan itu ada, dan kita wajib menghormati perbedaan itu. Saya ingin, anak saya kelak adalah insan yang bukan besar dari golongan ekslusif, tapi besar di antara rakyat, agar kelak jika dia jadi pemimpin, jadi pemimpin yang merakyat, memahami kebutuhan rakyatnya. Dan saat itu saya baru mikir apa arti nasionalisme. SD Negeri, kami titipkan anak-anak kami kepadamu! (Walau tetep protes mah jalan terus :D) #masihseputaragustusan
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorSebagian dari teman saya sepakat bahwa saya adalah type orang yang "segala dipikirin", karenanya, saya mencoba untuk menuliskan apa saja yang saya pikirkan itu. Archives
February 2018
Categories
All
|